Google Perkenalkan Project Suncatcher untuk Komputasi AI Orbital


Ilustrasi Project Suncatcher

Ilustrasi Project Suncatcher

Google kembali menunjukkan bahwa ambisi teknologi mereka belum menyentuh batas. Setelah sukses mengguncang dunia dengan proyek mobil otonom dan terobosan di bidang komputasi kuantum, perusahaan tersebut kini meluncurkan Project Suncatcher, sebuah inisiatif riset jangka panjang yang bertujuan memindahkan sebagian kekuatan komputasi Artificial Intelligence (AI) ke luar angkasa. Proyek ini digadang-gadang sebagai langkah revolusioner menuju era baru komputasi berdaya tinggi yang tak lagi bergantung sepenuhnya pada infrastruktur di Bumi.

 

AI Membutuhkan Kapasitas Komputasi yang Jauh Lebih Besar

Selama beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan berkembang dengan kecepatan luar biasa. Model-model besar seperti large language model (LLM), sistem visi komputer, hingga model multimodal telah menjadi fondasi beragam inovasi: dari perawatan kesehatan, sains cuaca, eksplorasi ruang angkasa, hingga automasi industri. Semakin besar kebutuhan ini, semakin besar pula kebutuhan akan kapasitas komputasi yang hemat energi, aman, dan terukur.

Pertanyaan yang kini muncul adalah: di mana lagi kita bisa meningkatkan kapasitas komputasi tanpa memperburuk dampak lingkungan atau terbatas oleh ruang fisik?

Di sinilah ide besar Project Suncatcher mengambil peran.

 

Komputasi AI di Luar Angkasa: Dari Gagasan Futuristik Menjadi Riset Nyata

Project Suncatcher dirancang dengan gagasan sederhana namun ambisius: membangun jaringan satelit bertenaga surya yang terhubung satu sama lain dan diperlengkapi dengan Tensor Processing Unit (TPU) — chip khusus buatan Google yang dioptimalkan untuk mempercepat pemrosesan AI dan machine learning.

Dengan berada di luar angkasa, satelit tersebut dapat memanen energi Matahari secara maksimal, tanpa terhalang cuaca, rotasi bumi, ataupun kebutuhan infrastruktur pendingin yang besar. Pada prinsipnya, ruang angkasa menyediakan lingkungan ideal untuk komputasi intensif: energi melimpah, suhu rendah, dan ruang yang tidak terbatas.

Google menyebut pendekatan ini sebagai moonshot, istilah yang merujuk pada proyek-proyek berisiko tinggi namun berpotensi mengubah dunia.

 

Terinspirasi dari Proyek Besar Google Sebelumnya

Proyek ini bukan sekadar eksperimen iseng. Google memiliki sejarah panjang dalam meluncurkan proyek ambisius yang sebelumnya dianggap mustahil:

  • Waymo, proyek mobil tanpa pengemudi, yang sekarang menjadi pemain besar di industri kendaraan otonom.
  • Google Quantum AI, yang berhasil mengembangkan prosesor kuantum pertama yang mencapai "quantum supremacy".
  • Loon, proyek jaringan internet berbasis balon stratosfer (meskipun akhirnya dihentikan, proyek ini menjadi cikal bakal teknologi baru dalam konektivitas udara).

Dengan rekam jejak tersebut, Project Suncatcher diposisikan sebagai langkah lanjut dalam eksplorasi teknologi yang melampaui batas konvensional.

 

Riset Awal: Desain Konstelasi Satelit dan Ketahanan TPU terhadap Radiasi

Google membagikan hasil riset awal Project Suncatcher dalam sebuah preprint paper. Ada beberapa fokus utama yang diteliti:

  1. Desain Konstelasi Satelit
    Google mengevaluasi beragam formasi konstelasi—jumlah satelit, jarak antar satelit, dan pola orbit—untuk memastikan jaringan satelit dapat:

    • saling berkomunikasi dengan latensi rendah,
    • melakukan sinkronisasi data secara efisien,
    • serta memproses beban komputasi AI secara terdistribusi.
  2. Sistem Kontrol dan Komunikasi
    Satelit yang menjalankan komputasi AI memerlukan sistem komunikasi khusus agar dapat bertukar data dalam jumlah besar, sekaligus tetap hemat energi. Riset ini membahas bagaimana koneksi antar satelit bisa bersifat adaptif, stabil, dan tahan terhadap gangguan sinyal luar angkasa.

  3. Uji Radiasi pada TPU
    Salah satu tantangan terbesar bagi perangkat keras yang beroperasi di orbit adalah paparan radiasi kosmik. Google melakukan serangkaian pengujian untuk melihat bagaimana TPU bereaksi terhadap radiasi intensitas tinggi dan bagaimana kinerjanya bisa dipertahankan dalam jangka panjang.

Hasil awalnya cukup menjanjikan: TPU terbukti dapat berfungsi dengan baik meskipun berada di lingkungan radiasi tinggi—sebuah fondasi penting sebelum perangkat keras tersebut benar-benar ditempatkan di luar angkasa.

 

Dua Satelit Prototipe Akan Diluncurkan pada 2027

Langkah konkret berikutnya adalah misi pembelajaran yang dilakukan bersama Planet, perusahaan satelit swasta yang telah berpengalaman dalam pembuatan dan pengoperasian satelit observasi Bumi.

Dalam misi ini, Google berencana meluncurkan dua satelit prototipe pada awal 2027. Satelit ini akan membawa:

  • versi awal TPU yang telah dimodifikasi,
  • sistem tenaga surya eksperimental,
  • dan modul komunikasi yang diuji secara khusus untuk komputasi orbit.

Tujuan dari peluncuran ini adalah untuk menguji berbagai komponen secara langsung di orbit bumi rendah (LEO). Jika berhasil, hasilnya akan menjadi tonggak penting menuju pembangunan jaringan satelit komputasi AI berskala besar.

 

Mengapa Langkah Ini Penting bagi Masa Depan AI?

Jika Project Suncatcher berjalan sesuai rencana, dunia dapat memasuki era baru di mana kapasitas komputasi tidak lagi dibatasi oleh:

  • konsumsi listrik raksasa,
  • kebutuhan lahan untuk pusat data,
  • panas berlebih yang menghambat performa chip,
    atau infrastruktur pendingin mahal.

Komputasi AI di luar angkasa membuka peluang seperti:

  • melatih model AI super besar tanpa menghabiskan energi di Bumi,
  • memungkinkan riset ilmiah berskala kosmik,
  • mengurangi jejak karbon pusat data,
  • hingga menciptakan sistem AI yang lebih responsif untuk eksplorasi ruang angkasa.

Ini bukan proyek yang akan terwujud dalam waktu dekat, namun menjadi visi jangka panjang yang dapat mengubah peta industri teknologi secara global.

 

Menuju Masa Depan di Luar Angkasa

Dengan Project Suncatcher, Google mempertegas bahwa masa depan komputasi tidak harus terpaku pada permukaan bumi. Saat teknologi AI berkembang semakin cepat, inovasi seperti ini mungkin menjadi kunci untuk memastikan kita memiliki sumber daya komputasi yang cukup untuk menghadapi tantangan masa depan.

Proyek ini masih berada di tahap awal, tetapi langkah-langkah awal yang diambil Google menunjukkan bahwa perjalanan menuju komputasi AI berbasis satelit kini benar-benar dimulai.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait