Anak Kecanduan Gadget? Ini Dampak dan Solusinya
- Rita Puspita Sari
- •
- 21 jam yang lalu

Ilustrasi Dampak Anak Main Gadget
Di era digital seperti sekarang, penggunaan gadget oleh anak-anak menjadi fenomena umum. Mulai dari menonton video, bermain gim, hingga belajar daring, gawai telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, ketika penggunaan gadget tidak diatur dengan baik dan tanpa pendampingan dari orang dewasa, dampaknya bisa sangat serius, terutama bagi perkembangan psikologis dan sosial anak. Hal ini diungkapkan oleh psikolog Luh Surini Yulia Savitri, S.Psi., M.Psi (akrab disapa Vivi), dalam acara Bakul Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang mengusung tema “Sehari Happy, Tanpa HP”.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam mengenai bahaya anak main gadget tanpa batasan, pandangan para ahli, serta solusi praktis yang bisa diterapkan oleh orangtua untuk menciptakan lingkungan sehat bagi tumbuh kembang anak.
Gadget: Informasi Tanpa Filter untuk Anak-Anak
Menurut Vivi, anak-anak—terutama balita dan anak usia sekolah dasar—adalah makhluk peniru yang sangat aktif. Mereka menyerap semua yang mereka lihat dan dengar tanpa filter. Artinya, apa pun konten yang ditampilkan melalui layar gadget, akan masuk ke dalam benak anak tanpa proses penyaringan. Sayangnya, banyak konten digital yang tidak sesuai dengan usia anak-anak.
“Anak-anak itu menyerap semua informasi, dan kalau isinya negatif, mereka akan meniru plek-ketiplek,” ujar Vivi.
Berbeda dengan orang dewasa yang bisa memilah mana informasi yang layak dipercaya dan mana yang tidak, anak-anak belum memiliki kapasitas moral dan kognitif untuk membedakan itu. Bahkan banyak orang dewasa pun terkadang masih terpengaruh oleh hoaks atau informasi palsu di internet. Jadi bisa dibayangkan betapa rentannya anak terhadap konten digital yang tidak sehat.
Dampak Serius: Dari Perilaku Agresif hingga Speech Delay
-
Perubahan Perilaku Anak
Salah satu dampak paling nyata dari penggunaan gadget tanpa batasan adalah perubahan perilaku. Anak bisa menjadi lebih kasar, agresif, mudah marah, atau sebaliknya—menjadi pendiam dan tertutup. Hal ini sangat tergantung pada jenis konten yang mereka konsumsi.“Banyak orangtua yang heran kenapa anaknya jadi ngomong kasar atau hiperaktif. Padahal kalau dilihat dari tayangan yang dia tonton, sangat mungkin itu sumbernya,” jelas Vivi.
-
Gangguan Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang anak juga bisa terganggu secara signifikan. Salah satu yang paling umum adalah speech delay atau keterlambatan berbicara. Anak yang terlalu sering menatap layar menjadi pasif secara verbal karena tidak terlatih untuk berbicara dan berinteraksi.“Anak yang nonton gadget terus itu pasif. Cuma lihat dan swipe. Tidak ada latihan bicara, tidak ada percakapan,” lanjut Vivi.
-
Menurunnya Kemampuan Kognitif dan Fokus
Konten digital yang dangkal dan cepat, seperti video berdurasi pendek yang berganti dengan cepat, membuat anak-anak kehilangan kemampuan untuk fokus dalam waktu lama. Ini berdampak pada kemampuan mereka dalam berpikir logis, menyusun narasi panjang, atau berkonsentrasi saat belajar.
Bukan Gadgetnya yang Salah, Tapi Cara Penggunaannya
Menariknya, Vivi tidak menyarankan untuk melarang gadget sepenuhnya. Menurutnya, gadget tetap bisa menjadi alat edukatif jika digunakan dengan bijak dan dalam pengawasan.
“Gadget itu enggak selalu negatif. Yang penting dua hal: sesuai usia dan didampingi,” tegasnya.
Masalah utama bukan terletak pada alatnya, tetapi pada bagaimana gadget digunakan dan apakah anak mendapatkan pendampingan saat menggunakannya. Dalam banyak kasus, anak dibiarkan sendirian dengan gadget dalam waktu lama, tanpa pendampingan ataupun arahan dari orang dewasa.
Kebutuhan Anak: Aktivitas Fisik dan Hubungan Emosional
Anak-anak tetap membutuhkan ruang untuk bermain secara fisik, berinteraksi sosial, dan berhubungan secara emosional dengan orang dewasa. Sayangnya, gadget sering menggantikan semua itu. Padahal, yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak bukanlah layar, tapi perhatian, kasih sayang, dan interaksi yang bermakna.
Hal ini terbukti dalam kegiatan “Sehari Happy, Tanpa HP” yang diadakan oleh Bakul Budaya FIB UI. Dalam acara tersebut, sekitar dua ratus anak dari berbagai usia mengikuti kegiatan seru tanpa memegang gadget selama lebih dari lima jam.
Mereka tampak aktif dan bahagia mengikuti berbagai pertunjukan seperti dongeng interaktif, permainan tradisional (engklek, ular tangga, lompat tali), serta tari budaya. Hampir tidak terlihat anak yang memegang ponsel untuk scrolling. Kalaupun ada, hanya untuk mengambil foto atau video, bukan untuk menonton atau bermain gim.
Anak Bisa Lepas dari Gadget, Asal Orangtua Terlibat
Psikolog Vivi menekankan bahwa sebenarnya anak bisa kok hidup tanpa gadget, asal diberikan alternatif kegiatan yang menarik dan pendampingan dari orangtua.
“Kalau anak dikasih pilihan yang menarik dan ada yang menemani, dia enggak butuh HP,” ujarnya.
Masalahnya, banyak orangtua merasa kesulitan untuk bermain bersama anak. Ada yang merasa tidak punya waktu, ada pula yang merasa tidak tahu harus bermain apa. Padahal, permainan tidak selalu harus rumit. Bahkan hanya dengan ngobrol pun sudah cukup membangun hubungan yang sehat.
Contohnya, saat anak sedang menonton video, orangtua bisa duduk di sebelahnya dan bertanya tentang isi video tersebut. Misalnya: “Itu apa sih? Kok joget-joget? Itu tari apa ya?” Interaksi semacam ini memperkuat relasi emosional dan menunjukkan bahwa orangtua peduli.
Tantrum dan Ketergantungan Gadget: Mana yang Normal?
Salah satu keluhan umum dari orangtua adalah anak menjadi tantrum jika tidak diberi gadget. Vivi menjelaskan bahwa tantrum itu normal pada anak usia di bawah empat tahun. Tapi jika setelah usia itu anak masih tantrum hanya karena tidak mendapat gadget, maka bisa jadi anak sudah mengalami ketergantungan.
“Semua yang sifatnya adiktif itu pasti sulit diatasi. Dan anak bisa kecanduan gadget kalau tidak dikendalikan sejak dini,” terang Vivi.
Peran Orangtua: Konsisten dan Kreatif
Solusi paling efektif adalah menciptakan suasana yang mendukung anak untuk lebih aktif secara fisik dan emosional. Konsistensi menjadi kunci. Jika anak sudah merasakan keseruan bermain di dunia nyata, maka mereka tidak akan terlalu tergantung pada dunia maya.
Orangtua juga harus lebih kreatif dalam mencari aktivitas pengganti gadget. Beberapa ide kegiatan yang bisa dicoba:
- Membacakan dongeng sebelum tidur
- Bermain permainan papan bersama
- Berkebun di halaman rumah
- Menggambar dan mewarnai bersama
- Membuat prakarya dari bahan daur ulang
- Masak bersama makanan favorit anak
Tips Singkat bagi Orangtua: Mengelola Penggunaan Gadget Anak
- Tetapkan waktu layar (screen time) harian sesuai rekomendasi usia.
- Pilih konten yang sesuai usia dan edukatif.
- Dampingi anak saat menggunakan gadget, jangan biarkan sendiri.
- Libatkan anak dalam aktivitas fisik dan sosial, seperti bermain, berolahraga, atau jalan-jalan.
- Gunakan mode parental control di perangkat.
- Bangun rutinitas harian yang seimbang antara belajar, bermain, istirahat, dan teknologi.
- Jadilah teladan jika orangtua juga kecanduan gadget, anak pun akan meniru.
Ingat, yang dibutuhkan anak bukan teknologi tercanggih, melainkan perhatian, kedekatan, dan cinta yang tulus dari orang dewasa di sekitarnya. Saat kita hadir secara penuh untuk mereka, gadget akan kembali pada fungsinya: alat bantu, bukan pengganti.
Gadget Bukan Musuh, Tapi Harus Diatur
Gadget pada dasarnya bukanlah musuh. Justru di era digital ini, mengenalkan teknologi pada anak juga penting. Namun, harus dengan cara yang bijak dan bertahap, sesuai usia dan kebutuhan anak. Kunci utama ada pada pendampingan, perhatian, dan hubungan yang bermakna antara anak dan orangtua.
Acara seperti “Sehari Happy, Tanpa HP” memberi bukti nyata bahwa anak-anak bisa menikmati hari tanpa gadget, asalkan ada lingkungan yang mendukung, aktivitas yang menarik, dan orang dewasa yang terlibat secara aktif.
Jadi, jika Anda merasa anak sudah terlalu lama bermain gadget, jangan langsung dimarahi atau dilarang. Coba ajak mereka bermain, ngobrol, atau melakukan aktivitas bersama. Anda mungkin akan terkejut melihat betapa mereka sebenarnya hanya butuh perhatian dan teman bermain yang menyenangkan.