Meta Hadirkan Fitur Khusus Remaja untuk Cegah Cyberbullying
- Rita Puspita Sari
- •
- 15 jam yang lalu

Ilustrasi remaja bermain media sosial
Di era digital saat ini, media sosial sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi para remaja. Mereka menggunakan platform seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp untuk berkomunikasi, mengekspresikan diri, hingga mencari informasi. Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga menghadirkan ancaman serius, salah satunya adalah cyberbullying dan risiko predator online yang mengincar anak-anak dan remaja.
Melihat fenomena ini, Meta selaku induk perusahaan dari sejumlah platform besar meluncurkan fitur baru bernama Teen Accounts. Fitur ini hadir sebagai jawaban atas kekhawatiran orang tua, pemerintah, dan masyarakat luas terkait perlindungan remaja di dunia maya.
Mengapa Teen Accounts Penting?
Berdasarkan berbagai laporan, kasus perundungan di dunia maya (cyberbullying) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak remaja menjadi korban intimidasi, pelecehan, bahkan manipulasi yang dilakukan oleh orang tak dikenal melalui media sosial.
Yang lebih mengkhawatirkan, para predator anak atau pelaku child grooming kerap menggunakan platform digital untuk mendekati target mereka. Tanpa pengawasan, remaja sangat rentan terjebak dalam situasi yang berbahaya, baik secara mental maupun fisik.
Phillip Chua, Director of Public Policy for Products Meta, APAC, menegaskan bahwa tantangan digital yang dihadapi orang tua dan remaja saat ini sangat besar. Dengan hadirnya Teen Accounts, Meta berupaya membantu orang tua dalam mengurangi risiko tersebut melalui pengaturan keamanan otomatis.
Cara Kerja Teen Accounts
Konsep dasar Teen Accounts cukup sederhana, tetapi sangat efektif. Ketika seorang pengguna baru membuat akun di salah satu platform Meta, mereka diminta mengisi informasi usia. Jika data menunjukkan usia pengguna di bawah 18 tahun, maka akun tersebut otomatis dikategorikan sebagai akun remaja.
Setelah masuk kategori ini, fitur Teen Accounts langsung aktif dengan empat fungsi utama yang dirancang untuk melindungi remaja dari berbagai risiko:
-
Privasi Akun
Semua akun remaja secara otomatis dikunci dalam mode privat. Artinya, hanya orang-orang yang dikenal dan disetujui saja yang bisa melihat postingan maupun aktivitas mereka. -
Batasan Kontak
Remaja tidak bisa berinteraksi bebas dengan orang asing yang berpotensi mengganggu. Baik di fitur pesan pribadi maupun panggilan, sistem akan membatasi komunikasi dengan orang yang mencurigakan. -
Filter Konten Sensitif
Algoritma khusus akan menyaring konten yang tidak sesuai, termasuk yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, maupun hal-hal sensitif lainnya. Dengan begitu, anak-anak tidak mudah terpapar pada materi yang berbahaya. -
Kontrol Waktu Layar
Fitur ini memberikan pengingat untuk beristirahat, termasuk mode malam yang membatasi notifikasi agar remaja tidak terlalu lama bermain media sosial hingga mengganggu pola tidur.
Dukungan Orang Tua terhadap Teen Accounts
Langkah Meta ini ternyata mendapat sambutan positif dari para orang tua. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Ipsos, sebanyak 91% orang tua mendukung penuh fitur Teen Accounts, dan 92% menyatakan fitur ini bermanfaat dalam membantu mereka mengawasi anak-anak di dunia digital.
Meta awalnya meluncurkan fitur ini hanya untuk Instagram. Namun, melihat kebutuhan yang besar di Indonesia—di mana pengguna Facebook dan Messenger masih sangat aktif—Meta memperluas implementasinya ke kedua platform tersebut. Dengan begitu, jangkauan perlindungan remaja menjadi lebih luas.
Menjawab Tantangan Cyberbullying di Indonesia
Indonesia sendiri masih menghadapi tantangan besar dalam menangani kasus bullying online. Banyak kasus yang berakhir tragis, mulai dari trauma psikologis hingga bunuh diri akibat tekanan dari lingkungan digital.
Fitur seperti Teen Accounts diharapkan mampu menjadi tameng awal untuk mencegah remaja terpapar pada potensi berbahaya. Dengan pengaturan otomatis ini, orang tua tidak lagi harus melakukan pengawasan ketat secara manual, karena sistem sudah dirancang untuk meminimalkan risiko.
Selain Meta, perusahaan teknologi besar lainnya juga ikut berkontribusi dalam isu keamanan digital. OpenAI, misalnya, mengembangkan fitur berbasis artificial intelligence (AI) yang bertujuan melindungi anak-anak dari paparan konten berbahaya. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa perlindungan anak di ruang digital bukan hanya tanggung jawab satu perusahaan, melainkan tugas bersama.
Tantangan yang Masih Harus Dihadapi
Meskipun Teen Accounts menawarkan perlindungan penting, masih ada sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Keaslian Data Usia: Banyak remaja yang bisa saja memasukkan usia palsu saat mendaftar akun, sehingga sistem tidak bisa mengklasifikasikan mereka dengan tepat.
- Edukasi Digital: Perlindungan teknologi perlu dibarengi dengan edukasi mengenai etika dan literasi digital, baik untuk remaja maupun orang tua.
- Keterlibatan Orang Tua: Meski fitur otomatis membantu, keterlibatan aktif orang tua dalam membimbing anak di dunia maya tetap tidak bisa tergantikan.
Peluncuran Teen Accounts oleh Meta merupakan langkah maju dalam menghadirkan ruang digital yang lebih aman bagi anak-anak dan remaja. Dengan empat fitur utama emaja dapat lebih terlindungi dari ancaman predator online, pelaku bullying, hingga paparan konten berbahaya.
Namun, teknologi bukanlah solusi tunggal. Kolaborasi antara platform digital, orang tua, sekolah, dan pemerintah tetap menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem internet yang sehat.
Dengan dukungan lebih dari 90% orang tua, harapan besar tertuju pada fitur Teen Accounts untuk menjadi langkah awal dalam mengurangi kasus cyberbullying di Indonesia, sekaligus menjaga generasi muda agar tetap aman saat beraktivitas di dunia maya.