Literasi AI: Keterampilan Penting dalam Dunia Serba Digital
- Rita Puspita Sari
- •
- 18 jam yang lalu

Ilustrasi Literasi AI
Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi, istilah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin akrab di telinga masyarakat. Dari aplikasi media sosial, layanan perbankan digital, hingga platform pendidikan daring, AI hadir dalam berbagai aspek kehidupan kita. Namun, mengenal AI saja tidak cukup. Kita juga perlu memahami literasi AI, yaitu kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengevaluasi teknologi kecerdasan buatan secara bijak.
Apa Itu Literasi AI?
Literasi AI bukan sekadar tahu bahwa AI adalah teknologi pintar. Literasi AI adalah kemampuan seseorang untuk memahami bagaimana AI bekerja, bagaimana AI digunakan, dan dampaknya terhadap masyarakat. Ini mencakup pemahaman dasar tentang teknologi AI, kelebihan dan keterbatasannya, serta penerapan etika dalam penggunaan AI.
Contohnya, saat kita menggunakan chatbot untuk menanyakan sesuatu, melihat rekomendasi film di Netflix, atau menerapkan filter wajah di Instagram, kita sebenarnya sudah berinteraksi dengan teknologi AI. Tapi, apakah kita paham bagaimana teknologi itu bekerja? Apakah kita tahu risikonya? Di sinilah literasi AI menjadi penting.
Secara garis besar, literasi AI mencakup beberapa aspek utama:
- Memahami cara kerja AI secara umum, termasuk contoh penggunaannya sehari-hari.
- Menyadari kelebihan dan keterbatasan AI, seperti kemampuannya memproses data cepat, tetapi tidak bisa memahami konteks seperti manusia.
- Memahami etika penggunaan AI, seperti pentingnya menjaga privasi, menghindari penyebaran hoaks, dan tidak menggunakan AI untuk merugikan orang lain.
- Menilai dampak sosial dan ekonomi AI, termasuk pengaruhnya terhadap lapangan pekerjaan, potensi diskriminasi data, dan ketergantungan pada teknologi.
- Berpikir kritis terhadap konten AI, artinya tidak serta-merta percaya pada semua hasil dari AI, tetapi melakukan verifikasi informasi.
Mengapa Literasi AI Itu Penting?
Pentingnya literasi AI tidak bisa diabaikan. Di era digital ini, siapa pun baik pelajar, pekerja, maupun masyarakat umum berpotensi bersentuhan dengan AI dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa pemahaman yang cukup, seseorang bisa salah kaprah dalam menggunakan atau menanggapi teknologi ini.
Dalam buku Memahami AI: Sebuah Panduan Etik oleh Agus Sudibyo (2024), dijelaskan bahwa literasi AI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis seseorang terhadap informasi yang diproduksi oleh AI. Ini sangat penting untuk menghindari manipulasi informasi dan bias teknologi.
Selain itu, literasi AI juga meningkatkan daya saing individu di dunia kerja, terutama di industri yang semakin bergantung pada data dan otomatisasi. Dengan memahami AI, seseorang bisa lebih siap untuk menghadapi perubahan teknologi, belajar keterampilan baru, dan beradaptasi dengan kebutuhan industri masa depan.
Elemen-Elemen Literasi AI
Literasi AI tidak berdiri sendiri. Ia memiliki beberapa komponen atau elemen utama yang dirumuskan oleh berbagai peneliti dan organisasi pendidikan. Salah satu kelompok yang terkenal adalah “AI for K12”, sebuah proyek kerja sama dari Asosiasi Kecerdasan Buatan dan Asosiasi Guru Ilmu Komputer (CSTA) di Amerika Serikat.
Mereka merumuskan lima ide besar sebagai dasar pembelajaran literasi AI, yaitu:
- Komputer memahami dunia menggunakan sensor: AI menggunakan berbagai sensor (kamera, mikrofon, dll.) untuk mengumpulkan data dari lingkungan.
- Agen AI memelihara model dunia untuk melakukan penalaran: AI membuat model representasi dunia dan menggunakannya untuk membuat keputusan.
- Komputer dapat belajar dari data: Inilah dasar dari machine learning.
- Berinteraksi dengan manusia adalah tantangan besar bagi AI: Pengembangan interface manusia-AI masih menghadapi berbagai kendala teknis dan sosial.
- AI berdampak pada masyarakat secara positif dan negatif: Teknologi AI membawa manfaat besar, tapi juga risiko seperti pengangguran, bias, dan privasi data.
Peneliti dari Institut Teknologi Georgia, Duri Long dan Brian Magerko, memperluas konsep ini dengan menyusun kerangka kerja literasi AI yang mencakup lebih dari 12 kompetensi utama, antara lain:
- Mengenali teknologi yang menggunakan AI dan yang tidak.
- Mengidentifikasi penggunaan AI dalam kombinasi dengan machine learning dan robotika.
- Menentukan kapan harus menggunakan AI dan kapan keterampilan manusia lebih cocok.
- Memahami bahwa manusia memainkan peran besar dalam merancang dan melatih AI.
- Mengetahui kapan data pribadi digunakan untuk melatih algoritma.
- Mengidentifikasi isu-isu etika seperti bias algoritma, privasi, dan transparansi.
Literasi AI Generatif: Fokus Baru dalam Dunia Pendidikan
Seiring dengan populernya alat-alat berbasis AI generatif seperti ChatGPT, DALL·E, dan lainnya, muncul kebutuhan baru untuk mengembangkan literasi AI generatif.
Menurut Cornell Center for Teaching and Innovation, literasi AI generatif mencakup:
- Kemampuan mengenali kapan AI generatif digunakan.
- Menilai keandalan dan validitas hasil dari AI generatif.
- Menyadari potensi etika dan penyalahgunaan dari alat AI generatif.
Literasi ini menjadi sangat penting di dunia pendidikan tinggi. Banyak dosen khawatir bahwa penggunaan AI generatif dapat membuat siswa tergoda untuk menyontek atau menghindari proses belajar yang sesungguhnya. Misalnya, siswa mungkin menggunakan AI untuk menulis esai, tetapi tidak belajar bagaimana meneliti atau menyusun argumen sendiri.
Cornell Center menekankan bahwa AI memang bisa membantu, tapi tidak bisa menggantikan kemampuan berpikir kritis, pemahaman mendalam, dan integritas akademik.
Bagaimana Mencapai Literasi AI?
Upaya untuk membangun literasi AI dilakukan melalui berbagai jalur, mulai dari pendidikan anak-anak hingga pelatihan profesional di perusahaan.
-
Program Pendidikan di Sekolah
MIT bekerja sama dengan organisasi pendidikan STEM untuk meluncurkan program “Day of AI”, yaitu kurikulum pendek yang dirancang bagi siswa usia 5–18 tahun. Program ini bertujuan mengenalkan konsep dasar AI, kosakata yang relevan, serta dampak positif dan negatif AI.Setelah program ini diimplementasikan pada tahun 2022–2023, hasil survei menunjukkan bahwa siswa dan guru mengalami peningkatan pemahaman yang signifikan mengenai AI. Bahkan, mereka menjadi lebih optimis terhadap manfaat AI dan merasa memiliki peran dalam membentuk masa depan teknologi tersebut.
-
Kursus dan Program Perguruan Tinggi
AI kini menjadi salah satu bidang studi yang paling diminati di perguruan tinggi. Survei global tahun 2024 menyebutkan bahwa lebih dari 70% mahasiswa menginginkan lebih banyak kursus tentang literasi AI.Universitas seperti Harvard, MIT, dan UPenn menawarkan kursus AI yang dapat diakses gratis secara daring. MIT bahkan meluncurkan inisiatif khusus bernama RAISE (Responsible AI for Social Empowerment and Education) bekerja sama dengan Google, untuk menyediakan materi literasi AI bagi para pendidik.
-
Pelatihan AI di Dunia Kerja
Tak hanya di pendidikan formal, perusahaan-perusahaan juga aktif memberikan pelatihan AI kepada karyawannya. Laporan IBM Institute for Business Value (2024) menunjukkan bahwa 35% tenaga kerja global akan memerlukan pelatihan ulang dalam tiga tahun ke depan meningkat drastis dari 6% pada tahun 2021.Perusahaan seperti Amazon, Intel, Microsoft, dan IBM menyediakan pelatihan AI secara terbuka dan gratis. Tujuannya bukan hanya untuk mengisi kesenjangan keterampilan, tetapi juga mendorong inovasi dan adopsi AI yang lebih etis dan produktif.
Penutup: AI Cerdas, Kita Harus Lebih Cerdas
Kecerdasan buatan memang menjadi bagian penting dari masa depan teknologi. Tapi untuk benar-benar bisa memanfaatkannya, kita sebagai individu maupun masyarakat, harus membekali diri dengan literasi AI yang baik.
Literasi AI bukan hanya soal memahami cara kerja teknologi, tetapi juga soal mengasah kepekaan etika, membentuk sikap kritis, dan bertanggung jawab terhadap penggunaannya. Dengan literasi AI, kita bisa menjadi pengguna teknologi yang bijak, bukan sekadar konsumen pasif.
Karena pada akhirnya, AI memang cerdas tapi manusialah yang harus tetap menjadi pengarah utama kemajuan teknologi ini.