IBM dan NASA Luncurkan AI Surya untuk Prediksi Cuaca Matahari


Ilustrasi Solar Weather

Ilustrasi Solar Weather

IBM dan NASA baru saja memperkenalkan sebuah terobosan besar di bidang Artificial Intelligence (AI) dan riset antariksa. Kedua lembaga ini merilis model foundation AI open-source pertama di dunia yang secara khusus dirancang untuk memahami data observasi Matahari beresolusi tinggi sekaligus memprediksi cuaca matahari yang dapat memengaruhi kehidupan di Bumi maupun teknologi luar angkasa.

Model ini diberi nama “Surya”, diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti Matahari. Surya hadir sebagai langkah revolusioner dalam dunia heliosfisika—ilmu yang mempelajari sifat, fenomena, dan dinamika Matahari. Teknologi ini diharapkan mampu melindungi berbagai infrastruktur penting, mulai dari satelit, jaringan listrik, sistem telekomunikasi, hingga navigasi GPS yang sangat vital dalam kehidupan modern.

 
Ancaman Nyata dari Cuaca Matahari

Matahari berjarak sekitar 150 juta kilometer dari Bumi, namun dampaknya terhadap teknologi modern bisa terasa langsung. Letupan matahari (solar flare) dan semburan massa korona (coronal mass ejection/ CME) memiliki potensi besar merusak satelit, mengganggu navigasi pesawat, memicu pemadaman listrik, bahkan meningkatkan risiko radiasi bagi astronot di luar angkasa.

Dengan semakin tingginya ketergantungan manusia pada teknologi berbasis luar angkasa serta adanya rencana eksplorasi lebih jauh ke tata surya, kebutuhan akan sistem prediksi cuaca matahari yang lebih akurat menjadi semakin mendesak.

Menurut laporan Lloyd’s of London, badai matahari besar bisa menimbulkan kerugian global hingga 2,4 triliun dolar AS dalam kurun waktu lima tahun. Bahkan, satu peristiwa badai matahari hipotetis saja diperkirakan dapat menyebabkan kerugian sekitar 17 miliar dolar. Sejumlah insiden dalam beberapa tahun terakhir telah membuktikan ancaman ini nyata—mulai dari gangguan GPS, pengalihan rute penerbangan, hingga kerusakan satelit yang bernilai miliaran dolar.

Beberapa potensi dampak serius dari badai matahari antara lain:

  • Kerusakan satelit dan wahana antariksa, serta risiko bagi keselamatan astronot.
  • Hilangnya perangkat keras penting, seperti panel surya dan komponen sirkuit elektronik.
  • Gangguan penerbangan, akibat kesalahan navigasi dan paparan radiasi bagi awak maupun penumpang.
  • Dampak pada sektor pertanian, karena sistem GPS yang digunakan dalam pertanian modern bisa ikut terganggu.

Juan Bernabe-Moreno, Direktur IBM Research Eropa, Inggris, dan Irlandia, menegaskan pentingnya teknologi ini:

“Anggaplah ini seperti prakiraan cuaca, tetapi untuk luar angkasa. Sama seperti kita bersiap menghadapi badai atau cuaca ekstrem di Bumi, kita juga perlu bersiap menghadapi badai matahari. Surya memberi kemampuan luar biasa untuk mengantisipasi apa yang akan datang. Ini bukan hanya pencapaian teknologi, melainkan langkah penting melindungi peradaban teknologi kita dari bintang yang memberi kita kehidupan.”
 

Kelemahan Prediksi Tradisional

Selama ini, prediksi cuaca matahari masih sangat terbatas. Sistem tradisional hanya mengandalkan citra parsial permukaan Matahari dari satelit, sehingga hasil prediksinya sering kurang akurat.

Surya mengatasi keterbatasan ini dengan memanfaatkan dataset heliosfisika terbesar beresolusi tinggi yang pernah dikurasi. Data ini dikumpulkan dari Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA selama sembilan tahun. Citra yang digunakan bahkan 10 kali lebih besar dibandingkan data pelatihan AI pada umumnya, sehingga membutuhkan solusi multi-arsitektur untuk mengolah informasi dalam skala masif tersebut.

Dengan pendekatan ini, Surya berhasil memberikan peningkatan signifikan:

  • Akurasi prediksi letupan matahari meningkat 16% dibandingkan metode sebelumnya.
  • Surya menjadi model pertama di dunia yang mampu memprediksi lokasi letupan matahari secara visual dengan resolusi tinggi.
  • Model ini dapat memberikan prediksi hingga dua jam sebelum peristiwa terjadi, memberi waktu yang sangat berharga untuk mitigasi risiko.
     

Teknologi AI yang Melampaui Batas

Keunggulan utama Surya terletak pada kemampuannya menangkap detail spasial Matahari dengan resolusi yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini memungkinkan peneliti memahami pola aktivitas matahari secara lebih komprehensif, termasuk mempelajari:

  • Kecepatan angin matahari.
  • Spektrum radiasi ultraviolet ekstrem (EUV).
  • Munculnya area aktif di permukaan Matahari.

Kevin Murphy, Kepala Data Ilmiah NASA, menyatakan:

“Kami mendorong ilmu pengetahuan berbasis data dengan menggabungkan keahlian ilmiah NASA ke dalam model AI mutakhir. Dengan model foundation ini, kami bisa menganalisis kompleksitas perilaku Matahari dengan kecepatan dan ketelitian yang belum pernah ada. Surya memberi pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana aktivitas Matahari memengaruhi sistem dan teknologi penting di Bumi.”
 
Kolaborasi Global Melalui Open-Source

Salah satu keunggulan terbesar Surya adalah ketersediaannya secara open-source di platform Hugging Face. Artinya, komunitas riset global dapat mengakses, memodifikasi, dan mengembangkan model ini sesuai kebutuhan masing-masing. Pendekatan terbuka ini diharapkan mempercepat kolaborasi ilmiah, memperluas penelitian, dan mendorong terciptanya solusi yang relevan untuk berbagai sektor.

IBM menegaskan bahwa Surya bukan hanya alat, melainkan katalis dalam penemuan ilmiah. Dengan kemampuan generatif dan otomatisasi, model ini membuktikan peran AI yang semakin penting dalam menjawab tantangan besar umat manusia, termasuk mitigasi risiko dari fenomena kosmik.

 
Bagian dari Rangkaian Inovasi IBM–NASA

Surya sendiri merupakan bagian dari keluarga model foundation Prithvi yang dikembangkan oleh IBM dan NASA. Model ini mencakup berbagai aplikasi, mulai dari pemetaan geospasial hingga prediksi cuaca dan iklim.

Tahun lalu, kedua lembaga ini juga merilis Prithvi Weather Model di Hugging Face. Model tersebut membantu ilmuwan dalam membuat proyeksi cuaca dan iklim, baik jangka pendek maupun panjang. Dengan hadirnya Surya, kolaborasi IBM dan NASA semakin memperkuat posisi mereka sebagai pionir dalam penerapan AI untuk riset ilmiah global.

 
Menuju Masa Depan yang Lebih Siap

Peluncuran Surya menandai era baru dalam pemantauan dan prediksi cuaca luar angkasa. Bagi masyarakat umum, mungkin cuaca matahari terdengar jauh dari keseharian. Namun, dampaknya sangat nyata: dari GPS di smartphone, layanan internet satelit, penerbangan internasional, hingga sistem kelistrikan nasional—semuanya bisa terganggu oleh badai matahari.

Dengan dukungan teknologi seperti Surya, dunia kini selangkah lebih dekat dalam membangun perlindungan sistem teknologi global terhadap ancaman kosmik yang tidak bisa dihindari. Prediksi yang lebih akurat berarti kesiapan yang lebih baik, serta peluang untuk meminimalkan kerugian ekonomi dan menjaga kelangsungan hidup teknologi yang menopang peradaban modern.

Surya bukan sekadar model AI biasa. Ia adalah simbol dari kekuatan kolaborasi antara sains dan teknologi. Dengan menggabungkan data observasi Matahari NASA dan keahlian AI IBM, Surya menjadi terobosan penting yang tidak hanya memperluas pengetahuan tentang bintang pusat tata surya kita, tetapi juga memberikan perlindungan nyata bagi infrastruktur modern di Bumi.

Dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian kosmik, Surya hadir sebagai cahaya harapan—sebuah inovasi yang memungkinkan umat manusia terus berkembang dengan lebih aman, meskipun berada di bawah pengaruh dahsyat sang Matahari.

 

Referensi:

IBM, & NASA. (2025, August 20). IBM and NASA release groundbreaking open-source AI model on Hugging Face to predict solar weather and help protect critical technology. IBM Newsroom. Retrieved from IBM Newsroom.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait