Dampak Media Sosial Terhadap Rasa Percaya Diri Anak dan Solusinya


Ilustrasi anak bermain media sosial

Ilustrasi anak bermain media sosial

Media sosial kini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Namun, di balik kemudahan dan hiburan yang ditawarkan, platform ini menyimpan risiko serius terhadap kesehatan mental, khususnya rasa percaya diri (self-esteem) anak. Psikolog Ratih Ibrahim menyoroti bagaimana media sosial dapat memengaruhi persepsi diri anak-anak secara negatif, terutama ketika mereka terlalu mengaitkan harga dirinya dengan pengakuan di dunia maya.

Ketergantungan Anak pada Media Sosial

Menurut Ratih, banyak anak saat ini terlalu attached dengan media sosial. Mereka menempatkan rasa percaya diri mereka pada jumlah like, komentar, dan tingkat interaksi yang diterima dari unggahan mereka. "Impact-nya sekarang, kita menemukan anak-anak yang segitu attached dengan media sosialnya dia. Sehingga self-esteem-nya diletakkan kepada like, dislike, comment, engagement, dan segala macam itu," ujar Ratih.

Kondisi ini membuat anak-anak rentan merasa rendah diri jika mereka tidak mendapatkan perhatian yang diharapkan di media sosial. Selain itu, risiko menjadi korban cyberbullying semakin memperburuk keadaan. Tekanan ini tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. “Kita yang dewasa saja bisa tergoncang mental health dan eksistensi kita secara psikologis. Apalagi anak-anak kecil yang lebih muda, yang belum matang otaknya,” jelas Ratih.

Standar Kecantikan yang Tidak Realistis

Media sosial juga sering kali menjadi ladang subur bagi standar kecantikan yang tidak realistis. Anak-anak yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang identitas diri cenderung membandingkan penampilan mereka dengan apa yang mereka lihat di platform seperti Instagram atau TikTok.

Ratih menceritakan pengalamannya dengan seorang klien berusia 14 tahun yang mengalami krisis kepercayaan diri akibat standar kecantikan di media sosial. “Dia punya kulit gelap, rambutnya juga curly, terus hidungnya dia agak bunder. Karena itu, dia merasa tidak berarti dan bahkan ingin mengakhiri hidupnya,” ungkap Ratih.

Standar kecantikan sempit seperti ini sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis anak-anak. Mereka tidak hanya merasa tidak cukup baik, tetapi juga bisa kehilangan harapan untuk menerima diri mereka apa adanya. Padahal, banyak tokoh wanita sukses dan berpengaruh yang memiliki penampilan berbeda dari standar kecantikan media sosial, seperti Oprah Winfrey atau Kamala Harris.

Risiko Serius pada Kesehatan Mental

Jika tidak ditangani, dampak negatif media sosial terhadap self-esteem anak dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang serius. Perasaan rendah diri yang berkepanjangan bisa memicu gangguan seperti depresi dan kecemasan. Dalam kasus ekstrem, beberapa anak bahkan memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup karena merasa tidak memenuhi harapan sosial yang mereka temui secara daring.

Ratih menekankan pentingnya mendukung anak-anak dalam menghadapi tekanan dari media sosial. Sebagai orang tua atau pendidik, memberikan pengertian kepada anak tentang pentingnya mencintai diri sendiri dan menghargai keragaman adalah langkah awal yang penting.

Langkah Preventif untuk Melindungi Anak

Untuk meminimalkan dampak buruk media sosial terhadap rasa percaya diri anak-anak, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Ajarkan Anak untuk Mencintai Diri Sendiri
    Anak-anak perlu diajarkan bahwa setiap individu itu unik dan berharga, terlepas dari standar yang ditampilkan di media sosial. Diskusikan tentang pentingnya menerima diri apa adanya dan fokus pada potensi serta kelebihan masing-masing.
  2. Batasi Penggunaan Media Sosial
    Orang tua dapat memberlakukan batas waktu penggunaan media sosial untuk anak-anak. Dengan mengurangi waktu mereka di platform tersebut, anak-anak bisa lebih fokus pada interaksi langsung dan aktivitas yang membangun rasa percaya diri.
  3. Pantau Konten yang Dikonsumsi
    Pastikan anak-anak hanya mengakses konten yang positif dan mendukung perkembangan diri mereka. Konten yang mengajarkan keragaman, inklusivitas, dan nilai-nilai positif harus menjadi prioritas.
  4. Tingkatkan Komunikasi Keluarga
    Orang tua perlu menjadi tempat aman bagi anak untuk berbagi perasaan. Dengan komunikasi yang terbuka, anak-anak akan lebih mudah menyampaikan apa yang mereka rasakan dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
  5. Edukasi tentang Standar Kecantikan yang Realistis
    Beri pemahaman kepada anak bahwa apa yang mereka lihat di media sosial sering kali tidak mencerminkan kenyataan. Banyak gambar yang telah diedit atau disempurnakan untuk menampilkan kesan tertentu.

Peran Orang Tua dan Lingkungan

Orang tua memiliki peran penting dalam membantu anak-anak memahami dunia media sosial secara bijak. Selain itu, dukungan dari lingkungan sekolah dan komunitas juga sangat diperlukan. Bersama-sama, orang tua, pendidik, dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem yang sehat bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang tanpa tekanan dari dunia maya.

Pengaruh media sosial terhadap rasa percaya diri anak adalah masalah nyata yang tidak bisa diabaikan. Dengan kesadaran dan langkah preventif yang tepat, kita bisa melindungi anak-anak dari dampak buruk ini, sekaligus membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri yang kuat dan sehat.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Berlangganan

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru.

Video Terkait